BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Hama dan
penyakit pada tanaman teh sampai saat ini masih tetap merupakan masalah, karena
menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi dan berpengaruh terhadap pencapaian
sasaran produksi. Usaha dalam menekan kehilangan hasil karena hama dan penyakit
pada tanaman perlu mendapat perhatian khusus dalam usaha pengendaliannya.
Hama yang
menyerang tanaman teh meliputi tikus, wereng coklat, wereng hijau, penggerek
batang teh, dan walang sangit. Semua hama tersebut yang dominan menyerang
tanaman teh yang mampu menurunkan hasil produksi tanaman teh. Hama tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyerang tanaman teh, gejala dan
tanda yang ditampakkan dan siklus hidup hama tersebut.
Melalui
pengenalan hama yang menyerang tanaman teh yang meliputi penyebab, gejala
serangan, siklus hidup hama, morfologi
hama. Selajutnya dapat dilakukan pencegahan maupun pengendalian untuk menekan
kerugian yang diakibatkan oleh hama pada tanaman. Selain itu dengan mengetahui
hama yang menyerang tanaman teh mampu meningkatkan pengetahuan terhadap
pengenalan hama saat di lapang nantinya.
1.2 TUJUAN
1.2.1
Untuk mengetahui hama
yang terdapat pada tanaman teh
1.2.2
Untuk mengetahui
pengendalian hama pada tanaman teh
1.2.3
Untuk mengetahui
bioekologi hama pada tanaman teh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Teh
Pada umumnya, teh tumbuh
di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter diatas permukaan laut.
Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian tanaman dapat mencapai
hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar antara 12-20
meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di
seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Theales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
2.2 Hama dan Pengendalian
2.2.1 Kepik Pengisap Daun (Helopeltis spp.)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Anthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Heteroptera
Famili : Capsidae
Genus : Helopeltis
Spesies :
Helopeltis theivora
B. Morfologi
Helopeltis
ukuran panjang tubuh 6 – 7 mm, berwarna kehijau – hijauan. Banyak terdapat di
daerah perkebunan dengan ketinggian sekitar 600m diatas permukaan laut.
C. Ekologi
Kepik
pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam. Musuh alami
Helopeltis ini banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-laba lompat, nimfa
belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung
dan laba-laba bikin jaring. Jangka hidup telurnya dari permulaan sampai dewasa
adalah 3 sampai dengan 5 minggu. Jangka dewasanya bisa sampai 2 minggu. Telur panjangnya 1,5 mili dipasang
masuk ke urat daun teh atau cabang pucuknya secara tersembunyi dari serangan
predator. Telur juga dimasukkan ke dalam ujung cabang hijau yang baru dipangkas.
Jumlah telurnya kira-kira 80 per betina. Nimfanya (“mikung”) berwarna oranye kemerah-merahan. Dewasanya (“indun”) berwarna
hitam-putih menjadi hitam merah untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora.
Dewasa Helopeltis mempunyai tiang kecil seperti jarum yang menonjol
dari tengah punggungnya (thorax).
Tiga faktor
kehidupan yang menentukan serangan Helopeltis,
yaitu cahaya matahari, kelembaban, dan arus angin di bawah tajuk. Helopeltis menyenangi lingkungan lembab,
tetapi hama ini tidak tahan angin yang kencang atau kuat. Cahaya matahri
langsung selalu dihindarinya dan serangan hama ini menyenangi tempat yang
terlindung. Lama hidup sejak telur sampai dewasa adalah 3-5 minggu. Fase larva
berlangsung selama 11-12 hari, pada ketinggian tempat 250 mm dpl. Helopeltis mampu bertelur pada
temperature 24-27,5 dengan
kelembaban 75% sebanyak 40-250 butir di bulan-bulan kering dan 50-300 butir di
bulan-bulan basah. (Anonymous a, 2013)
D. Gejala
Serangga muda (nimfa)
dan imago helopeltis dapat
menimbulkan kerusakan terhadap tanaman teh dengan cara menusukkan alat mulutnya
(stylet) kedalam jaringan tanaman untuk menghisap cairan sel-sel di dalamnya.
Bersamaan dengan tusukan stylet itu, helopeltis
akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari alam mlutnya yang sapat
mematikan di sekitar tusukan. Akibatnya, timbul bercak-bercak cekung berwarna
cokelat kehitaman denga ukuran bercak yang relatif kecil antara 2-3mm dan
letaknya di sekitar daun teh
E. Pengendalian
Musuh alami, Dolichoderus atau semut hitam, parasit Eupharus dapat menurunkan populasi
hingga 80%. Cara mekanis
melalui pemupukan yang seimbang dan pengaturan kultur teknis ( pohon pelindung ). Cara kimiawi
dengan penggunaan insektisida dengan berbahan aktif Lamda Sihalotrin dengan konsentrasi 0,25 ml/l dan Beta Sipermetrin dengan
konsentrasi 0,5 ml/l.
.
2.2.2 Ulat Penggulung Daun (Homona coffearia)
A. Klasifikasi
Kingdom
:
Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Tortricidae
Subfamili : Tortricinae
Genus : Homona
Spesies : Homona coffearia Nietne.
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Tortricidae
Subfamili : Tortricinae
Genus : Homona
Spesies : Homona coffearia Nietne.
B. Morfologi
Ulat dewasa panjangnya 11 mm,
berwarna kehijau – hijauan.
Larva Enarmonia mempunyai daya lekat pada tepi pucuk daun yang ditempati.
Siklus hidup 50 -50 hari.
C. Ekologi
Ngengat Homona
mengeluarkan telur yang
berbentuk datar. Telur tersebut tersusun
dalam kelompok yang berbaris baris di atas permukaan daun teh. Larva yang menetas akan mulai memakan
daun teh muda sehingga mengurangi hasil panenan karena daun tersebutlah yang dimanfaatkan
manusia. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya 18-26 mm, dia menjadi kepompong.
Daun teh yang dijalin menjadi rumah kepompong tersebut. Kemudian ia keluar sebagai
ngengat dewasa. Ngengat aktif hanya
malam hari. Betina dapat mengeluarkan beratus-ratus telur. Ulat Homona diparasit
oleh beberapa jenis tawon parasitoid, khususnya Macrocentrus homonae yang
merupakan tawon Braconidae.
Homona
coffearia dapat bertelur antara
100-150 butir yang diletakkan dalam satu kelompok pada permukaan atas daun.
Ulat membuat sarangnya dengan menggunakan benang-benang sutera, biasanya satu
daun dilipat tetapi terdapat pula beberapa daun yang dilipat. Salah satu tanda
yang dapat digunakan untuk membedakannya dari ulat pengulung lain adalah bagian
kepala dari ulat ini berwarna hitam atau kecoklatan. Kepompong ulat dapat
ditemukan pada gulungan daun yang digunakan sebagai sarangnya. Daur hidup H. coffearia adalah: (1) periode telur: 6-11 hari,
(2) periode ulat:5-6 minggu, (3) periode pupa: 7-10 hari. Satu generasi
memerlukan 5-6 minggu pada daerah rendah, dan 7-8 minggu pada daerah tinggi.
D. Gejala
. Gejala serangan yang sering nampak yaitu,
terlihat adanya satu atau lebih daun terlipat dengan menggunakan benang halus.
Mula-mula ulat memakan epidermis daun sehingga seluruh daun dimakan. Larva akan
makan daun pertama sehingga habis kemudian pindah ke daun yang lain. Selama
perkembangannya, satu ulat dapat menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada
instar awal, kerusakan yang ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan adalah
permukaan bawah dari daun yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat
berpindah ke daundaun muda. Serangan terjadi sepanjang tahun. Apabila kondisi
lingkungan yang mendukung seperti akhir musim kemarau atau awal musim hujan
populasi hama dapat meningkat. Serangan berat mengakibatkan tanaman gundul.
E. Pengendalian
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara
mekanis, yaitu dengan melakukan
pemetikan daun yang terserang dan pengambilan kelompok telur. Cara hayati dengan
menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae, Elasmus homonae,
jamur penyebab Wilt disease dan bakteri entomopatogenik. Dengan pengendalian
kimiawi, yaitu menggunakan insektisida dengan berbahan aktif Lamda Sihalotrin.
2.2.3 Ulat jengkal/ulat kilan (Hyposidra
talaca)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Geometridae
Genus : Hyposidra
Spesies : Hyposidra talaca
B.
Morfologi
Ulat tersebut berwarna coklat
dengan titik putih pada bagian dorsal. Dari jauh titik putih itu tampak seperti
garis putih.
C.
Ekologi
Daur hidup ulat kilan sangat bergantung pada makanan dan
iklim setempat. Daur hidupnya 2,5 – 3,5 bulan. Betinanya dapat meletakkan telur sampai 320 butir dan
meletakkan telur berkelompok pada daun. Lama stadium telur 5-6 hari. Menjelang
menetas telur mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi kehitaman.
Ulat-ulat kecil yang telah menetas dari telur akan bergerombol dan angin akan
membantu penyebarannya. Lama stadium larva 12-18 hari, kemudian membentuk pupa
yang berwarna
coklat mengkilat dan berada di dalam tanah sedalam 2-5 cm, lama stadium pupa 1-8 hari. Perkembangan telur sampai menjadi dewasa
memerlukan waktu sekitar 24- 32 hari.Larva mempunyai dua atau tiga
pasang proleg pada ujung posterior tubuh. Panjang larva 35-40 mm dengan diameter 3-4 mm. Larva berjalan dengan
meletakkan ujung
posterior tubuh dekat tungkai-tungkai toraks
dan kemudian menggerakkan ujung anterior tubuh, melangkah maju dalam
satu cara seperti menukik. Larva ini bisa turun ke daun teh dengan
bantuan benang-benang
halus pada waktu siang hari. Apabila diganggu, larva berdiri hampir tegak diatas tungkai-tungkai posterior
dan tetap tidak bergerak, menyerupai cabang-cabang yang kecil. Ngengat betina bertelur (tempatnya tergantung spesies).
Setelah menetas, larva (ulat)
memakan daun teh. Setelah berganti kulit beberapa kali, ulat menjadi kepompong. Akhirnya dewasa (ngengat) keluar dari kepompong
dan kawin
D. Gejala
Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun, dan pentil teh.
Serangan berat menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul, sehingga
tinggal tulang daun saja. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesa sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat. Bila daun-daun telah habis maka hama ini akan
meningkatkan serangannya ke daun-daun tua. Dengan demikian bila hama ini
menyerang tanaman bibit, maka tanaman tersebut akan menjadi gundul (tak
berdaun) sama sekali.
E. Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan
memotong bagian ranting dimana daun-daunnya terserang baik tanaman teh. Hasil
pangkasan dibenamkan kedalam tanah untuk mematikan hama sekaligus bagian
tanaman yang dibenamkan menjadi humus dalam tanah. Secara
Hayati. Parasit Apanteles sp yang memarasit larva ulat kilan
dapat dimanfaatkan untuk menekan populasi hama ini dengan hasil baik. Penggunaan
Insektisida Sintesis. Beberapa jenis insektisida yang direkomendasikan untuk
mengendalikan ulat kilan insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin .Penggunaan
Insektisidsa Nabati. Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 5-20% yang disemprotkan
pada daun muda teh dapat mematikan ulat kilan.
2.2.4 Ulat
penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Tortricidae
Genus : Cydia
Spesies : Cydia leucostoma
B. Morfologi
Ulat penggulung pucuk
berukuran 2-3cm berada dalam gulungan daun teh
C. Ekologi
Ngengat betina bertelur dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh, biasanya pada daun
yang matang di bagian atas tanaman teh. Setelah larva (ulat) menetas, dia berjalan ke pucuk dan masuk kedalamnya.
Setelah masuk, dia mulai makan. Ulat yang baru menetas hanya bisa hidup lama di
dalam pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat per pucuk. Ulat secara bertahap
membuat semacam sarang dan makan dari dalamnya. Dua hari sebelum menjadi kepompong, ulat berhenti makan dan
mulai melipat daun di pinggirnya. Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon putih.
Dewasa (ngengat) keluar dari
kepompong pada siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00. Ngengat kawin
pada pagi atau malam hari.
Menurut Widayat, W (1989),
mengatakan bahwa telur diletakkan pada pucuk daun teh,
Telur yang menetas menjadi larva dengan keistimewaan mempunyai daya lekat yang
bersa dari benang liur pada tepi pucuk daun yang ditempatinya, karena benang
liur ditempatkan secara melintang, pucuk daun tersebtu seakan akan terikat,
sehingga sulit sekali membuka, larva berada dalampucuk tanaman teh. Penggerakan
pada daun muda dilakukan dari bagian dalam. Terkadang lebih dari satu daun muda
yang digerek. setelah melakukan penggulungan dan penggerekan pada daun muda,
larva keluar dari gulungan daun muda tesebtu berpindah ke daun tua. Pada daun
tua juga melakukan penggulungan seperti pada daun muda. hanya pada daun tua
setelah berhasi digulung bagian dalam dilapisi dengan benang liurnya.
pembentukan pupa berlangsung pada daun tua. Daur hidup 50-60 hari. Panjang
Larva instar akhir mencapai 11mm, berwarna kehijau-hijauan, kupu berukuran
kecil, panjang tubuh 8-10 mm, sayap depan berwarna kelabu agak kelam.
D. Gejala
Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai
benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung.
E. Pengendalian
Untuk mengatasi dan memberatas hama ulat penggulung pucuk. Hanya dilakukan secara mekanis mengingat penggunaan
obat-obatan akan mempengaruhi mutu aroma dan kemungkinan akan menimbulkan
gangguan kesehatan baggi para konsumen.
Untuk mengehamat biaya dan waktu, melakukan pemetikan pucuk dan daun-daun muda yang telah terserang bersamaan dengan dilakukannya pemetikan produksi, sortasi/pemisahan dilakukan secara langsung ketika pemetikan pada kantong-kantong plastik besar yang telah disediakan atau ditempat penimbangan antara pucuk/daun yang mulus dan pucuk yang talah terserang. Selanjutnya bagian yang terserang dikumpulkan dan dilakukan pembakaran hiingga musnah. Kalau saja populasi ulat penggulung pucuk telah demikian banyak menyerang dapat dipertimbangakan untuk memberantas secara kimiawi maka gunakanlah obat-obatan yang residual efeknya rendah.
Untuk mengehamat biaya dan waktu, melakukan pemetikan pucuk dan daun-daun muda yang telah terserang bersamaan dengan dilakukannya pemetikan produksi, sortasi/pemisahan dilakukan secara langsung ketika pemetikan pada kantong-kantong plastik besar yang telah disediakan atau ditempat penimbangan antara pucuk/daun yang mulus dan pucuk yang talah terserang. Selanjutnya bagian yang terserang dikumpulkan dan dilakukan pembakaran hiingga musnah. Kalau saja populasi ulat penggulung pucuk telah demikian banyak menyerang dapat dipertimbangakan untuk memberantas secara kimiawi maka gunakanlah obat-obatan yang residual efeknya rendah.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan di lahan kebun teh Wonosari
di Lawang, Kabupaten
Malang yang telah kami lakukan, ditemukan beberapa hama dan musuh alami pada
areal pertanaman teh.
Beberapa hama yang ditemukan merupakan hama penting tanaman teh, yaitu : Kepik
pengisap daun teh (Helopeltis spp.), Ulat penggulung daun (Homona
coffearia), Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca), dan Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma).
No
|
Gambar
hama
|
Gejala
serangan
|
Cara
pengendalian
|
1
|
Kepik pengisap daun teh (Helopeltis sp.)
( Anonymous b, 2013 )
|
·
Kepik
pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda.
·
Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam.
|
·
Cara biologis dengan Musuh
alami, Dolichoderus atau semut
hitam, parasit Eupharus dapat menurunkan populasi hingga 80%
·
Cara
mekanis melalui pemupukan yang seimbang dan pengaturan kultur teknis ( pohon pelindung )
·
Cara kimiawi dengan penggunaan
insektisida dengan efek residual rendah
|
2
|
Ulat penggulung daun (Homona coffearia)
( Anonymous b, 2013 )
|
· Gejala
serangan yang sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun
terlipat dengan menggunakan benang halus. Serangan terjadi sepanjang tahun.
· Larva yang menetas akan mulai memakan daun teh muda sehingga
mengurangi hasil panenan karena daun tersebutlah yang dimanfaatkan manusia
|
·
Cara
mekanis dengan melakukan pemetikan daun yang terserang dan pengambilan
kelompok telur.
·
Cara
hayati dengan menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae,
Elasmus homonae, jamur penyebab Wilt disease dan bakteri entomopatogenik.
·
Cara
pengendalian kimiawi, yaitu menggunakan insektisida.
|
3
|
Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca)
( Anonymous b, 2013 )
|
·
Setelah
menetas, larva (ulat) memakan daun teh
·
Ulat jengkal
menyerang daun, pupus daun, dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun
berlubang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun saja.
|
· Secara Mekanis. Memotong bagian ranting dimana
daun-daunnya terserang baik tanaman teh. Hasil pangkasan dibenamkan kedalam
tanah untuk mematikan hama sekaligus bagian tanaman yang dibenamkan menjadi
humus dalam tanah.
· Secara Hayati. Parasit Apanteles sp yang
memarasit larva ulat kilan dapat dimanfaatkan untuk menekan populasi hama ini
dengan hasil baik.
· Penggunaan Insektisida Sintesis. Beberapa jenis
insektisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan ulat kilan insektisida
berbahan aktif lamda sihalotrin
·
Penggunaan
Insektisidsa Nabati. Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 5-20% yang disemprotkan
pada daun muda teh dapat mematikan ulat kilan
|
4
|
Ulat penggulung pucuk
(Cydia leucostoma)
( Anonymous b, 2013 )
|
· Setelah larva (ulat)
menetas, dia berjalan ke pucuk dan masuk kedalamnya. Setelah masuk, dia mulai
makan ini
· Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai
benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung.
|
· Secara mekanik, dengan melakukan pemetikan pucuk dan daun-daun muda yang telah
terserang bersamaan dengan dilakukannya pemetikan produksi, ortasi/pemisahan
dilakukan secara langsung ketika pemetikan pada kantong-kantong plastik besar
yang telah disediakan atau ditempat penimbangan antara pucuk/daun yang mulus
dan pucuk yang talah terserang. Selanjutnya bagian yang terserang dikumpulkan
dan dilakukan pembakaran hingga musnah.
· Secara kimiawi maka menggunakan obat-obatan yang residual efeknya rendah.
|
BAB
IV
KESIMPULAN
Pada
survei lapang yang telah kami
lakukan, ditemukan beberapa organism yang termasuk kedalam OPT dan musuh alami.
Diantaranya adalah Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.), Ulat penggulung daun (Homona coffearia), Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca), dan Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma).
Dengan
munculnya OPT tersebut dapat digunakan beberapa cara pengendalian. Secara
hayati, yaitu dengan musuh alami. Secara mekanis, yaitu seperti mengubah pola
tanam atau menggunakan alat. Secara kimiawi, yaitu menggunakan obat-obatan.
Setiap
OPT tersebut mempunyai bioekologi yang rata-rata dimulai dari telur-larva-pupa-dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a.2013. Pengendalian hama, penyakit dan
gulma di perkebunan teh:
Pengendalian
Hama. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung, Bandung,
Indonesia.
Arifin
M. 1999. Pemanfaatan musuh alami dalam
pengendalian hama utama tanaman teh, kopi, dan kelapa. Seminar
Pemasyarakatan PHT Tanaman Perkebunan. Dinas Perkebunan Kabupaten Bogor, 4-5
Agustus 1999. 19 p.
Borror,
D.J., C.A. Triplehorn dan N.F. Johnson (1989). An Introduction to the
Study of Insects.
Sixth Edition. Harcourt Brace College Publishers, Fort
Worth, TX, USA.
CABI.
Crop Protection Compendium. (1999). CABI, UK.
CABI.
Crop Protection Compendium. (2001). CABI, UK.
Hensley,
D., J. Yogi, dan J. DeFrank (1997). Perennial
Peanut Groundcover.
Cooperative
Extension Service, College of Tropical Agriculture and Human
Resources, University of Hawaii at Manoa, Honolulu, HI, USA.
Kalshoven,
L.G.E. (1981). Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by
P.A. van der Laan and G.H.L. Rothschild. P.T. Ichtiar
Baru – Van Hoeve,
Jakarta, Indonesia.
Karmawati, E., Siswanto, dan E.A. Wikardi. 2004. Peranan
semut (Oecophylla smaragdina dan Dolichoderus sp.) dalam
pengendalian Helopeltis spp. dan Sanurus indecora pada jambu mete.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Nur
Tjahjadi, Ir. 1989. Hama dan Penyakit
Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Shepard,
B.M., A.T. Barrion dan J.A. Litsinger (1994). Serangga, Laba-Laba
dan Patogen yang Membantu. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu,
Jakarta Selatan, Indonesia.
Shepard,
B.M., G.R. Carner, A.T. Barrion, P.A.C. Ooi dan H. van den Berg (1999).
Insects and their Natural Enemies Associated with Vegetables
and Soybean
in Southeast Asia.
Quality Printing Company, Orangeburg, SC, USA.
Widayat,
Wahyu (1989). Hama-Hama Penting pada Tanaman Teh dan Cara
Pengendaliannya.
Balai Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Bandung,
Indonesia.
babyliss nano titanium | Titanium-ART.COM
BalasHapusbabyliss titanium vs stainless steel apple watch nano titanium is a premium apple watch titanium vs aluminum steel used for welding, welding and storage of components. titanium jewelry piercing Its used ford edge titanium high-performance aluminum oxide coating can be used for mechanical $54.50 · babyliss nano titanium flat iron In stock