Jumat, 22 November 2013

Pengaruh Irigasi Terhadap Produksi Tanaman Jagung

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan agribisnis jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Ditjen  Tanaman Pangan 2005). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa hampir 79% areal pertanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan kering, dan sisanya 11% dan 10% masing-masing pada lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan (Mink  et al . 1987). Kegiatan budidaya jagung di Indonesia hingga saat ini masih bergantung pada air hujan. Menyiasati hal tersebut, pengelolaan air harus diusahakan secara optimal, yaitu tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien dalam upaya peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman.
            Selain itu, antisipasi kekeringan tanaman akibat ketidakcukupan pasokan air hujan perlu disiasati dengan berbagai upaya, antara lain pompanisasi. Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500 mm (FAO 2001). Namun demikian, budi daya jagung terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, masih tersisanya lengas tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi pengelolaan air bagi tanaman jagung. Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan sumber daya fisik alam (tanah, iklim, sumber air) dan biologi dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu untuk membawa air ke perakaran tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi (Nobe and Sampath 1986). Efisiensi   penggunaan air dapat dilakukan dengan sistem pemberian air irigasi yang   efisien   dan efektif. Salah satunya adalah irigasi defisit.


1.2  Tujuan
            Mengetahui kebutuhan air yang baik untuk tanaman jagung dan pengaruh pemberian irigasi terhadap produksi tanaman.

1.3  Manfaat
Dapat mengaplikasikan dengan baik pemberian irigasi tanaman jagung yang efisien.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Air
2.1.1        Definisi Air
Menurut Schaums (2005), air merupakan pelarut universal yang melarutkan lebih banyak zat terlarut yang berbeda-beda dibandingkan cairan lain yang pernah diketahui, air merupakan medium ideal untuk menyokong kompleksitas itu. Air juga merupakan salah satu zat yang paling stabil dan karena itulah zat-zat berbasis air dapat bertahan lama.
2.1.2        Fungsi Air bagi Tanaman
Pada pertumbuhan primer, media tumbuh tanah tidak mutlak yang terpenting adalah media tumbuh yang mudah menyerap air. Media tumbuh yang keras akan sulit menyerap air sehingga biji tidak dapat bertunas. Menurut Susilowarno (2007), fungsi air dalam tumbuhan adalah:
1.      menentukan laju fotosintesis,
2.      sebagai pelarut universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
3.      menentukan proses transportasi unsur hara yang ada di dalam tanah, dan
4.      mengedarkan hasil-hasil fotosintesia ke seluruh bagian tumbuhan.
2.2              Irigasi
2.2.1        Definisi Irigasi
Menurut Pahan (2006), irigasi merupakan suatu usaha untuk menambahkan air ke suatu wilayah. Menurut Rokhma dalam buku Menyelamatkan Pangan dengan Irigasi Hemat Air (2009), irigasi adalah jumlah air yang diaplikasikan ke dalam lahan (pertanian) untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman.
2.2.2    Kriteria Irigasi yang Efisien
Irigasi harus bermanfaat untuk air itu sendiri maupun untuk objek yang diairi. Irigasi yang efisien harus didasari pada pola pemberian air hemat air.
1.        Irigasi Hemat Air
Pemberian air irigasi dikatakan hemat apabila antara pemberian air dengan kebutuhan air tanaman tidak terdapat pernedaan dalam jumlah yang besar. Sistem pengairan secara giliran dapat mengurangi rembesan dan evaporasi, keuntungan lainnya kondisi tersebut dapat memperbaiki sifat fisika kimia tanah.
2.        Irigasi Berkala
Irigasi berkala adalah cara pemberian air irigasi ke lahan tidak secara terus-menerus melainkan berselang-seling. Pemberian air secara berkala mengakibatkan tanah berfluktuasi dari kondisi jenuh lapangan sampai kondisi tergenang.











BAB III
PEMBAHASAN
            Nilai rata-rata tahunan satuan kebutuhan air (SKA) irigasi tanaman jagung (jenis tanaman palawija) sebesar 0.47 l/det/ha atau hampir 0.5 l/det/ha. Dimana SKA tanaman jagung terjadi pasa musim tanam bulan juli-september dengan nilai rata-rata SKA sebesar 0.72.
            Defisit air untuk tanaman dan water stress (cekaman air) yang diakibatkannya berpengaruh terhadap evapotranspirasi tanaman dan hasil. Setiap  jenis tanaman memiliki response yang berbeda-beda terhadap kekurangan air pada setiap fase pertumbuhannya, termasuk Jagung. Pemberian kedalaman air irigasi dan waktu pemberian sangat penting untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan memaksimalkan produksi. Tanaman jagung lebih toleran terhadap kekurangan air pada fase vegetatif dan fase pematangan/masak. Penurunan hasil terbesar terjadi apabila tanaman mengalami kekurangan air pada fase pembungaan, bunga jantan dan bunga betina muncul, dan pada saat terjadi proses penyerbukan. Penurunan hasil tersebut disebabkan oleh kekurangan air yang mengakibatkan terhambatnya proses pengisian biji karena bunga betina/tongkol mengering, sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang. Hal ini tidak terjadi apabila kekurangan air terjadi pada fase vegetatif. Kekurangan air pada fase pengisian/pembentukan biji juga dapat menurunkan hasil secara nyata akibat mengecilnya ukuran biji. Kekurangan ai  pada fase pemasakan/pematangan sangat kecil pengaruhnya terhadap hasil tanaman (FAO, 2001 dalam Aqil dkk, 2008).
            Menurut Danarti dan Najiyati (1999) suhu optimum untuk pertumbuhan terbaik tanaman jagung berkisar antara 27 – 32 °C. Suhu yang terlalu panas dan pemberian air yang kurang mengakibatkan tanaman jagung tidak tumbuh dengan optimal. Doorenboss dan Kasam (1979) menyatakan bahwa tanaman jagung masih dapat tumbuh pada suhu di bawah 45°C dengan persyaratan kebutuhan air tanaman terpenuhi. Kurang pemberian air  akan menyebabkan terjadinya cekaman, karena cekaman menghambat pembesaran sel sehingga daun, tinggi tanaman, dan indeks luas daun tanaman mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal (Islami dan Utomo, 1995). Tanaman jagung kurang efektif jika diberikan irigasi defisit.
            Sistem irigasi tetes dapat dikategorikan baik untuk diaplikasikan pada tanaman jagung. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat keseragaman jagung pada irigasi tetes antara lain : kondisi filter air, kondisi lubang emitter yang tersumbat oleh tanah, perubahan koefisien gesek pada pipa lateral karena tumbuhnya lumut dsb. Menurut Warrick (1983), tingkat keseragaman distribusi tetesan diklasifikasikan sebagai berikut : 90% sangat baik; 80-90% baik; 70-80% cukup dan <70% buruk. Hasil ubinan panen jagung untuk pemberian air dengan tetes mencapai 6,6 ton/ha.
            Pengembangan jagung lahan kering umumnya dilakukan pada musim hujan, sehingga produktivitas tidak seoptimal apabila dilakukan pada musim kemarau di lahan sawah tadah hujan. Penyebabnya adalah intensitas penyinaran matahari dan jumlah debit air pada setiap fase yang berbeda terhadap pertanaman jagung. Implementasi dan inovasi teknologi ini memberikan dampak pada peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Pemanfaatan lahan sawah tadah hujan umumnya rata-rata hanya satu kali sampai dua kali (padi rendengan dan padi MKI), setelah itu lahan dibiarkan bero sehingga peluang keberhasilannya hanya dapat ditempuh melalui pertanaman jagung dengan sistem TOT pada lahan sawah tadah hujan.  Penerapan teknologi pertanaman jagung sistem TOT pada lahan sawah tadah hujan dapat meningkatkan indeks pertanaman dari (100 dan 200) menjadi (200 dan 300).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan   
            Jagung kurang efektif jika dilakukan irigasi defisit karena air adalah kebutuhan yang sangat penting untuk tanaman. Air adalah salah satu bahan fotosintesis sehingga kekurangan air dapat memperlambat laju fotosintesis.
            Jagung pada lahan kering lebih efisien menggunakan irigasi tetes. Karena kebutuhan air pada jagung dapat terpenuhi secara maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

 

Akil, M. (2011). Pengelolaan Air Tanaman Jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Arief, F. (2012). Teknologi Budidaya Jagung (Zea maize) Tanpa Olah Tanah (TOT) pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Sulawesi Selatan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Kurnia, U. (2004). Prospek Pengairan Pertanian Semusim Lahan Kering. Balai Penelitian Tanah Bogor: Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004.
Prabowo, A. (2006). Pengelolaan Sistem Irigasi Mikro untuk Tanaman Hortikultura dan Palawija. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian: Vol. IV No. 2, Oktober 2006.
Tusi, A. (2009). APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA TANAMAN JAGUNG. Faculty of Agriculture University of Lampung: Jurnal Irigasi - Vol. 4, No 2, November 2009.
Schaums. 2005. Biologi Ed. 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. 
Susilowarno, Gunawan, dkk. 2007. Biologi: SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Grasindo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar